Showing posts with label my thought... Show all posts
Showing posts with label my thought... Show all posts

26 October 2011

Dan Okay!



Dan okay, sekarang aku tak tahu kan ke arah mana isi kepalaku ini kan tersorot hingga begitu kakulah ia kan menyirat kan seutas surat. Saat ku butuh sebuah dekapan erat, tak ada satupun rasa yang mendekat, bahkan dia yang katanya selalu ada saat ku butuh dia karena hati dan cinta tlah melekat. Ah! Apakah semua suar kasih atas nama “sahabat” semua hanya sekedar kelebat sesaat? Aku sendiri, menangis. Meringis sakit.

Ah tidak! Aku tidak akan mengeluh, karena sungguh kutahu tak adalah guna ku peras peluh hanya karena harap yang tak pernah sungguh-sungguh. Semu!
Pantas saja aku selalu ragu, dimana dirimu?

Aku memang tak pantas tuk protes, siapa aku? Saat mereka menyedot darahku karana kelemasan, aku mau. Bukankah aku mau? Lalu saat aku lemas kehabisan nafas, kemudian tak satupun dari mereka yang hadir tuk setidaknya tiupkan desah selepas, lalu apakah aku harus protes? Lalu apakah aku harus panas?

Biasa sajalah! Di dunia ini memang jauh lebih banyak manusia yang mau berkorban karna impas, 
bukan ikhlas. Tak usahlah mengeluh, berjalanlah sekalipun darah menetes deras, peluh mengalir lepas, nafas mengengus gegas, berjalanlah terus, sekalipun lemas dan akhirnya wujudmu kandas. Di ujung sana, hadirmu yang baru menanti dengan wujud yang lebih tegas, kuat dan pantas!

25 September 2011

Penyesalan...

Penyesalan itu selalu datang di akhir, terlambat. seperti halnya sesuatu yang seharusanya sudah dilakukan atau seharusnya dilakukan ternyata tidak dilakukan, yang akhirnya malah menimbulkan sebuah penyesalan, itu sakit!

10 September 2011

Ikhwan jadi-jadian (2).. (~~,)

Huft! okey, nambah lagi "omelan" manis saia mengenai nih para ikhwan jadi-jadian.

Karena nanti pada ujungnya tetap saja sang akhwat yang dipersalahkan, dibilang kege'eran, gak bisa jaga perasaan, kegwnitan, gak malu sama jilbab, dan sebagainya. Waw! separah itukah kamu hai akhwat?? tapi sejujurnya, saia tak mampu menyalahkan kalian para wanita yang sedang berusaha untuk menyempurnakan kemuslimahan diri, setidaknya kalian sudah mau mengorbankan pesona kecantikan kalian untuk tak di umbarkan. Lalu untuk hati? saya bersyukur kalian masih punya hati, berjilbab tak lantas membuat kalian berubah menjadi bukan lagi seorang manusia bukan?

Langsung saja lah ke pokok omelan saia. Kenapa ikhwan-ikhwan jadi-jadian ini masih banyak berkeliaran? Seenaknya saja mengumbar-umbar janji tuk halal kan ikatan, tahukah kalian kalau para akhwat ini telah berbagus pikiran dan perasaan bahwa kalian adalah ikhwan baik-baik yang benar-benar berusaha tuk menempuh jalan yang penuh keridhoan. Lalu mengapa dipermainkan?

dua kasus sudah saya tangani, ternyata kesalahan ada pada ikhwan yang gombal abis-abisan. kalau beneran ikhwan nih ya, harusnya tanpa pandang status jilbaber(akhwat)/ bukan pun kalian harus tetap jaga laku dan perkataan. ternyata ikhwan-ikhwan sekarang udah amat sangat jago merangkai ucapan!

ckckck kalau saja aku serupa ibu malin kundang, sudah kukutuk ikhwan-ikhwan jenis kalian jadi batu cadas, yang terhempas-hempas yang akhirnya kandas!!!

06 September 2011

Ikhwan jadi-jadian (1).. (~~,)


Hey ikhwan!
Kalian tahu bukan, para akhwat itu berhijab tuk hindarkan diri dari pandangan-pandangan kaum kalian. Agar kalian mudah tuk jaga pandangan. Biar kalian tahan kan setidaknya sedikit cobaan. Tapi toh, ternyata eh ternyata, tak sedikit dari kalian yang masih tetap pura-pura hilang ingatan. seakan lupa kewajiban tuk menjaga pandangan.


Huft! jelas saja aku kehilangan penghargaan pada mahluk-mahluk macam kalian. yah, meskipun tak semua dari bagian kalian yang berlaku demikian. Masih banyak yang berlaku sesuai tuntunan dan aturan. ya, setidaknya aku tak kehilangan harapan.


Kau tahu, wan. ada yang aneh! Justru para pria slenge'an yang jenggotan bukan karena sunnah sang pangeran (Red : Rasulullah), justru malah mampu memberikan penghargaan lebih tinggi atas hijab dalam batas pergaulan di bandingkan dengan kalian yang ngakunya ikhwan. Kami, yang terhijab jilbab teranggap barang suci yang sulit tergapai, jangan kan tuk disentuh, dilihat pun sungkan.


Lalu apa yang salah, wahai kau yang katanya ikhwan? yang katanya paham Alqur'an?


Mengapa hijab kami malah jadi perhatian kalian, hai yang katanya pecinta Kalimat Tuhan..?
Atau itu semua hanya kiasan, sebagai kedok pandanganagar teraku sebagai orang beriman?
kalian bangga dengan predikat "ikhwan"?


Dari hati terdalam, saya kecewa kepada jenis-jenis ikhwan seperti kalian. Yang masih saja melihat wanita dari sisi kecantikan, bukan keshalihan, padahal jelas anugrah itu bukan hak kalian tuk dipandang berlamaan sekalipun memanglah tak haram tuk ditampakkan. Jika sudah seperti ini, akhwat pula yang dipersalahkan. Jangan pamer-pamerkan perhiasan, jangan tunjuk-tunjukan kecantikan. Mata dan hati ku bisa jadi tak tahan, kata kalian.


Hey, wan!! bukankah kami sudah berhijab? lalu mengapa pula kau masih saja tak jaga pandangan? sok-sok perhatian...??? ikhwan jadi-jadian....! (~~,)

Saling bernasehatlah.. ^^


Saling bernasehatlah dalam kebaikan, sekalipun belum sempurna dalam amalan.. Nasehatmu adalah investasimu, saat kau goyah nasehatmu dahululah yang kan memecut langkah.. Kembali ke arah dimana dirimu berlaku, :)

Apalah ruginya saling nasehat menasehati, bagi yang dinasehati tak adalah rugi, bukankah menjadi lebih baik itu serupa anugrah?. Bagi yang dinasehati tak pula ada rugi, sedayung dua tiga pulau terlampaui. Amal, dan investasi.
Pernahkah terjadi (*halah) suatu waktu, kau menasehati dan berbual-bual tinggi tentang mimpi sobat? Kemudian sekian waktu berlalu, ternyata kau telah berlaku sedikit menyerong dari apa yang kau ucap dulu. Lalu kemudian, tiba-tiba dia yang dahulu telah kau nasehati datang, dan menasehatimu balik, tuk kemudian menyegarkan kembali ingatanmu dan memecutmu kembali ke jalan di mana kau seharusnya berlaku. Tidak kah itu sebuah keuntungan? Investasi bukan?
Tak pernah ada kerugian dalam nasehat menasehati, jauhkan alasan dimana kau ketakutan bahwa ucap tak sejalan dengan amalan. Toh dalam niatan, kau tak pernah berkeinginan tuk mangkir dari perbuatan bukan? Sedikit menyerong hanyalah buah dari kekhilafan, bentuk kemanusiaan yang penuh kelemahan dan kealpaan.
Yah!  Mereka yang saling nasehat menasehati tak kan pernah merugi.. I guarantee.. ;)

بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 (إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3  (1) وَالْعَصْر ِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)


25 August 2011

Debat tak kusir.. Ah, pantas saja kita sering berdebat...


Seringkali kita berdebat, bersikukuh akan hal yang tak paham. Urat leher menerik, frekuensi trakea meninggi. Ya! kita sedang tak sepaham, dan terus berdebat. Tahukah kau mengapa kita berdebat? Jawabanmu benar, kita tak sepaham. Saling beradu paham dan kepahamaan, masing-masing.

Tahukah kau mengapa kita berdebat? 
Ini bukan pertanyaan mengulang, sehingga jawabmu tak perlu kau tulis ulang. Jawabmu sudahlah tepat.Aku hanya mereview sekelebat.
Seringkali kita berdebat, sangat hebat. Tak temu simpul satukan pendapat. Debat sekedar debat,menyepakati bahwa kita sedanglah lagi tak sepakat. Dan merelakan hati tuk biarkannya di tempat.
Namun kadang aku hanya ingin melirik ke belakang goresan-goresan debat kita yang panjang. Pantas saja kita berdebat, panjang tak liat tempat, kukuh akan masing-masing pendapat. Kita memang tak sepaham,tak mau samakan frekuensi, apa lagi definisi, tak pula mau samakan sudut pandang.
Aku melihat dari sudut langit, kau pandang dari tepian sungai. Satu kata, beda makna. Pantaslah seringkali kita berdebat. Terdebat sekian lama tanpa landasan sama akan makna sebuah definisi.
Ah semoga saja bisa jadi lembaran-lembaran Introspeksi.. :)



16 August 2011

Mumpung masih gadis, manfaatkan ramadhan kali ini !!!


Entah sejak kapan terpikirkan bahwa saat ini adalah saat-saat dimana saya benar-benar harus bersyukur.  Tanpa mengesampingkan apa lagi menyurutkan keinginan menjadi pengikut Rasulullah secara utuh dengan menggenapkan setengah dien, alias menikah. Hanya saja, dalam kondisi ramadhan kali ini saya benar-benar berfikir bahwa ada banyak hal yang harus saya syukuri dan tak boleh sama sekali lengah, karena bisa jadi ini adalah tahun-tahun terakhir dimana saya akan melaksanakan ramadhan secara mandiri sendiri, belum terikat kewajiban lain jika nanti telah terikat status “istri”. Tentu saja ada banyak keutamaan dalam menikah, dan saya pun tak ingin ketinggalan keutamaan-keutamaan tersebut.  Tapi ketika memasuki bulan ramadhan rasanyaaaa,,hmmm sangat ingin lebih banyak berkhalwat dengan Allah. itu saja. Dapatkah waktu-waktu istimewa seperti ini tercapai kala memasuki medan jihad yang baru?  Nah! Inilah yang sedang saya persiapkan, salah satu factor kuat mengapakah saya tak ingin terlewatkan ramadhan kali ini mumpung masih gadis. Sampai-sampai bela-belain nambah-nambahin factor biar “dapet” nya jadi telat, dan alhasil dapat melaksanakan shaum wajib ramadhan full 30 hari.


Okelah mari di list kenapa eh kenapa si saya malah merasa kalau nanti setelah menikah kenikmatan ramadhan kala status sedang perawan berbeda dengan kenikmatan ramadhan kala status telah berkawan, alias jadi istri orang. 

Pertama-tama saya pengen ngelist daftar golongan-golongan yang mendapatkan keringanan puasa (atau boleh untuk tidak berpuasa dengan syarat).  

·         Yang pertama adalah, Orang sakit yang tidak memungkinkan untuk menjalankan puasa diperbolehkan untuk tidak berpuasa dengan syarat qodha atau fidyah.       Yang kedua, adalah orang yang sedang berada dalam perjalanan (musafir) memiliki keringanan untuk tidak berpuasa dengan syarat mengganti  hari bolong puasa (qadha).   Yang ketiga adalah uzur dengan syarat membayar fidyah (*jika mampu).    Sedangkan yang keempat adalah Ibu hamil dan menyusui, yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa dengan syarat menggati puasa dan atau membayar fidyah jika memiliki keraguan diantara keduanya.

Nah mari kita fokuskan kearah kewanitaannya, alias keringanan bagi wanita untuk tidak berpuasa ketika hamil dan menyusui. Dan dalam selingan mari kita berhitung! J . Dari beberapa sumber yang dibaca, salah satunya yang cukup representative untuk membahas tentang keringanan berpuasa bagi wanita hamil dan menyusui ada pada page : http://rumaysho.com/hukum-islam/puasa/3085-perselisihan-ulama-mengenai-puasa-wanita-hamil-dan-menyusui.html

Disimpulkan bahwa seorang wanita yang menyusui dan hamil diperbolehkan untuk tidak berpuasa, mereka cukup mengqodho’ tanpa menunaikan fidyah karena kuatnya dalil yang disampaikan oleh ulama yang berpegang dengan pendapat ini. Kondisi ini berlaku bagi keadaan wanita hamil dan menyusui yang masih mampu menunaikan qodho’. Dalam kondisi ini dia dianggap seperti orang sakit yang diharuskan untuk mengqodho’ di hari lain ketika ia tidak berpuasa. Namun apabila mereka tidak mampu untukk mengqodho’ puasa, karena setelah hamil atau menyusui dalam keadaan lemah dan tidak kuat lagi, maka kondisi mereka dianggap seperti orang sakit yang tidak kunjung sembuhnya. Pada kondisi ini, ia bisa pindah pada penggantinya yaitu menunaikan fidyah, dengan cara memberi makan pada satu orang miskin setiap harinya.

Catatan penting yang perlu diperhatikan bahwa wanita hamil dan menyusui boleh tidak berpuasa jika memang ia merasa kepayahan, kesulitan, takut membahayakan dirinya atau anaknya. Al Jashshosh rahimahullah mengatakan, “Jika wanita hamil dan menyusui berpuasa, lalu dapat membahayakan diri, anak atau keduanya, maka pada kondisi ini lebih baik bagi keduanya untuk tidak berpuasa dan terlarang bagi keduanya untuk berpuasa. Akan tetapi, jika tidak membawa dampak bahaya apa-apa pada diri dan anak, maka lebih baik ia berpuasa, dan pada kondisi ini tidak boleh ia tidak berpuasa.



Dan sekarang mari kita hitung-hitungan! 

Ketika seorang wanita menikah pada umur 25 tahun.  Kemudian wanita tersebut dilimpahkan rezeki oleh Allah dengan mengandung seorang atau lebih anak, maka pada bulan ramadhan nya di usianya yang ke 26 tahun terdapat dua kondisi yang memperbolehkannya untuk tidak berpuasa dengan syarat menyusui dan atau dalam keadaan nifas  (dalam arti ada kondisi yang harus diantisipasi untuk tidak berpuasa di bulan ramadhan). Kemudian, pada tahun berikutnya hingga dua tahun ke depan wanita tersebut tetap mendapatkan keringanan untuk tidak berpuasa karena menyusui. Nah! Itu jika baru memiliki 1 anak, bagai mana jika wanita tersebut dikaruniai Allah anak yang banyak? Otomatis pengulangan-pengulangan rukhsoh tersebut akan terjadi. 

Untuk menqadha puasa sendiri, sering kali akan sulit terlaksana karena dalam usia menyusui seorang anak biasanya minimal sampai 2 tahun. Dalam artikata, selama dua tahun tersebut sang wanita memiliki “kesulitan” pula untuk mengqadha’ puasanya. 

Kemudian ketika masa-masa melahirkan telah berakhir, missal dalam hitungan umur 32 tahun seorang wanita sudah sulit untuk kembali hamil. Maka kesibukan yang terjadi tidaklah berkurang, malah semakin bertambah. Ok, jika misalnya sang wanita sudah tidak termasuk golongan yang mendapatkan keringanan untuk berpuasa, tetapi kesibukannya dalam rumah tangga akan sangat menyita waktunya untuk lebih banyak berkhalwat dengan Allah (meskipun dalam arti lain ini pun adalah ibadah dan jihad bagi seorang ibu, tapi tetap saja memiliki suasana yang berbeda). 

Lalu kemudian ketika kesibukan rumah tangga sudah mulai menurun, dikarenakan anak-anak sudah mampu mandiri. Sang wanita sudah memasuki masa menopose, uzur dan sakit-sakitan yang otomatis membuatnya menjadi kandidat golongan orang-orang yang mendapatkan keringanan dalam berpuasa.

Nah tuh kan! Nyerocos kayak ginian udah makan kertas dua lembar…

Lanjut yah, soalnya belum terlalu menyentuh ke pokok kejanggalan hati saya. Islam itu mudah dan memudahkan, seperti dalam ayat Allah “Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185), olh karenanya itulah banyak kemudahan yang justru didapat ketika kita beribadah kepada Allah. Tapi justru karena inilah saya merasa bahwa, saat-saat saya masih menjadi seorang gadis lah, adalah saat-saat dimana saya merasa sangat dekat dengan Allah secara personal, belum lagi secara social karena ketika telah memiliki title seorang “istri” otomatis saya akan memiliki banyak embel-embel di belakang, suami, anak, dll.

Makanya karena saya belum menikah kala ramadhan kali inilah saya bersyukur sesyukur-syukurnya. Sebelum menapaki masa dimana saya harus lebih banyak mengelola jiwa, sekarang saya masih memiliki waktu untuk lebih banyak bermanja kepada Allah, tanpa harus memikirkan hal-hal sekunder yang sebenarnya primer (ah baca : suami atau anak). Bukannya pula tak mungkin tuk beribadah ketika telah menikah, kita semua tahu bahwa dengan menikah banyak hal yang sebelumnya haram justru malah jadi berkah dan ibadah, maka tak patut pula jika tak disyukuri. 

Tapi sungguh! Saya malah sangat bersyukur ketika saya sedang berada dalam kondisi sekarang, dimana amalan harian yang ditargetkan begitu tinggi ternyata mampu tercapai dalam hitungan hari. Coba kalo sudah jadi istri, apakah tilawah harian dua atau tiga juz mampu tercapai dengan mudah? Jawabannya sangat sulit, ini pun menurut salah seorang senior saya yang dulunya adalah seorang aktifis dakwah yang mengatakan bahwa ketika memiliki suami dan anak maka waktu kita akan lebih banyak tersita untuk mereka (saya sangat tidak meremehkan tugas seorang istri, makanya saya sangat salut dengan seorang istri yang mampu menjaga amalan yauminya masih diatas targetan standar).

Dan satu lagi, out of the topic sihh…hahha salah satu alas an kenapa saya bersyukur ramadhan kali ini saya masih belum memiliki suami dan anak adalah…. Tidak adanya kewajiban menyediakan makanan sahur!!! Hehe jadi klo mau sahur ya seenaknya perut aja. :p

Anyway, apapun masanya.. ladang dakwah dan amal itu tersebar luas. Ketika masih belum ataupun telah memiliki suami, maka titik-titik ibadah akan berubah dengan sendirinya dan terganti pula dengan sendirinya. Tak ketakutan kehilangan ladang amal, hanya ingin menikmati suasana seperti ini lebih dalam lagi. Mumpung belum ada kondisi yang mengubah nuansa ibadah ramadhan nanti. Hu huh u… lagipula, dengan seperti ini saya jadi benar-benar sadar untuk mempersiapkan fisik dan mental tuk memasuki ramadhan dengan status seorang istri.
Wallahu’alam bishowab.. ^^



31 October 2010

Hijab,,dan cobaan itu...


This entry was posted on Tuesday, November 18th, 2008 at 3:48 am in my another blog..

di suatu sore,,lagi pengen browsing gambar-gambar kartun akhwat…tapi ternyata saya dikejutkan oleh banyaknya gambar-gambar yang memalukan!!!

akhwat,,,cobaan itu besar…
saya jadi berpikir, kekuatan dan keteguhan hati untuk menutup seluruh aurat di dera ujian yang sangat luar biasa..pantas saja saudara saya (ikhwan) terus mewanti-wanti untuk tidak mempublikasikan foto pribadi saya… kekuatan untuk menutup aurat ini,karena janji dari Yang Maha Memenuhi janji..tidak ada kata ragu untuk menutup aurat jikalau yang berbicara adalah yang menduduki arsy di langit dan di bumi…

akhwat yang berjilbab lebar pun tak urung jadi sasaran kejahatan ini…apalagi akhwat yang berjilbab seksi..
wahai muslimah apa yang kalian takutakn untuk menutup aurat secara benar????lebih takutkah kalian pada gerah panas bumi ketibang gerah panas api neraka???lebih takutkah kalian pada amarah manusia biasa ketimbang amarah Sang pencipta??

Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami…tutupilah aib-aib kami…
Allahummaghfirlana…Allahumajburnaa…

22 October 2010

Aku belajar kesabaran darinya...


Aku belajar kesabaran darinya,
dimana rasa letih merambat tulang..tiada kalimat keluh yang terucap..dimana rasa sakit mengiris hati, tiada kalimat kesah yang terlisan..dimana rasa sedih menghujam dada, tiada kalimat sentimentil menggorok nurani..dimana rasa sulit melilit badan, tiada kalimat capai menghias senyum..semua mengalir dalam keterbatasan menerima takdir hidup…

Aku belajar kesabaran darinya….
Nenek ku,,namanya supinah umurnya hanya berbeda 12 tahun dari ayahku..jadi umur beliau sekitar 68 tahun..  dari awal put mengenal beliau, yang put liat hanya kasih sayang yang luar biasa. Sekalipun kadang sering terwarnai dengan omelan-omelan dan kecerewetan berlebihan ciri khas beliau..
Dari kecil, beliau hidup sebagai “anak kampung”.  Belajar dengan cara kampung, berpikir dengan cara “kampung”. Bekerja dengan cara “kampung” pula. Kisah hidup yang begitu sederhana, tanpa obsesi yang melangit. Hidup apa adanya. Dari kecil, beliau hidup dengan keadaan “prihatin”, bermain-main dan pula bekerja dari sana kemari. Mulai dari jual kue-kue sampai jadi buruh ikan atau pun cuci (*yang sampai sekarang masih beliau lakoni).
Semakin dewasa, hidup tak banyak berubah. Lika liku cinta yang beliau lakoni, membuat ku terpekur berfikir, “apa yang beliau cari?”. Ato’ rama dan ato’ bisa jadi salah satu alasannya, bisa jadi pula kekerasan kepala (*atau keteguhan hati? Hhh…aku tak tahu) beliau? Yang pasti tak satu pun rumah tangga beliau yang  sempurna..semua berakhir begitu saja..bukan karena tak ada yang cinta, semuanya begitu mencintai beliau, namun dengan “kekeraskepala-an” yang tak put ketahui alasannya semua kisah cinta itu berakhir.. dengan meninggalkan 4 orang anak.. ^_^ (1 orang dari suami pertama, dan 3 orang dari suami kedua, sementara suami ketiga tidak memiliki anak..)..hhhh,,sudahlah bukan kisah cinta beliau yang ingin put ceritakan..put hanya ingin mengambil kekuatan hati beliau dalam menghadapi kisah cinta yang tak sempurna, namun tetap tangguh menjalani hidup.. ketika cinta tak berjalan sempurna, maka hidup harus terus berjalan apa adanya.. (*put masih ingat ketika beliau bercerita tentang proses perginya kake syahruddin dan kakek ramli dari hidupnya..put hanya bisa termangu..). ketika menjelang ajal, kakek syahruddin (*yang tak pernah kembali lagi ke belitung, untuk bertemu beliau karena beliau sudah memiliki keluarga di jakarta.. keberadaan beliau diketahui ketika anak pertama nenek *alm. Om puputyang datang ke beliau yang mengaku sebagai anak beliau dari nenek yang belaiu tinggalkan dalam keadaan hamil bertahun-tahun lalu.. serupa kisah sinetron)  menghubungi beliau dan meminta maaf kepada nenek dan menginginkan nenek untuk mengambil sebagian harta beliau. Dan yang membuat put terharu adalah, nenek menolak itu semua (*padahal kekayaan kakek syahruddin tidak sedikit) dan berkata nenek sudah klama ikhla yang penting kakek syahruddin bahagia. Itu saja.. hati wanita seperti dia yang begitu luar biasa..
Belum lagi kisah ketika kakek ramli yang berdarah bugis, pun harus pergi meninggalkannya karena tidak disetujui ato’ rama dan ato..kakek ramli ini lah kakek kandung put, jadi put sebenarnya memiliki darah bugis..hehe..
Nenek, dalam keyakinannya yang sederhana, dia berjuang menghidupi dirinya dan anak-anaknya, sendirian…
Hingga saat ini..
Bahkan ketika kejadian terakhir, yang membuat put semakin banyak belajar kesabaran dari beliau. Ketika Om put, anak laki-laki pertama beliau yang juga menjadi anak laki-laki kesayangan beliau, meninggal dunia. Hati ibu mana yang tak teriris? Hati ibu mana yang tak tercabik? Ketika sang buah hati lebih dahulu meninggalkannya? Bahkan ketika pemakaman om yang tidak diselenggarakan di kampung halaman nenek, tapi di kampung halaman sang istri di tasik, nenek hanya mampu ikhlas dan tersenyum. “anak-anak nya di sana, ya udah gak papa..nenek ikhlas..” padahal, jarak antara belitung-tasik bukanlah jarak yang pendek…
Kesabaran itu pula yang put lihat dalam wajahnya ketika beliau menunggui jenazah om, seperti seorang ibu yang sedang “ngelonin” bayi nya untuk tidur. Kesedihan itu ada, namun beliau tidak meratap. Beliau hanya tersenyum.. Ya Rabb,,hati seperti apa yang telah Engkau buatkan untuknya..??
Dan semenjak hari itu, aku banyak belajar kesabaran darinya.. dalam panjang omelan dan kecerewetannya yang khas.. aku begitu mencintainya, nenek Supinah..  ^_^



20 October 2010

Pesan Bunda (3)


Ananda, cahaya mata bunda..

Teguhlah pada jalan kebenaran, dan beranilah karenaNya.. walaupun jiwa, raga, cita dan cinta menjadi taruhannya...



*pesan ini put buat sebagai bekal jiwa ananda, yang entahlah kapan kan hadir mewarnai dunia..dalam berjuta harap penuh cinta..untukmu ananda..

Pesan Bunda (2)




Nak, Cinta lah...

Cintalah Allah, kemudian cintalah Rasulullah.. Cintalah Allah melebihi kecintaanmu pada hidupmu, pada dunia dan seluruh isinya, kemudian cintalah Rasulullah melebihi kecintaanmu pada hidupmu, pada dunia dan seluruh isinya...Niscaya engkau akan termasuk golongan yang selamat,,wahai pelipur jiwa..


*pesan ini put buat sebagai bekal jiwa ananda, yang entahlah kapan kan hadir mewarnai dunia..dalam berjuta harap penuh cinta..untukmu ananda..

Pesan Bunda (1)



Nak, Ingatlah dan yakinlah... Tanamkan, patrikan dalam hatimu bahwa :

"Tiada Tuhan Melainkan Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah"

*pesan ini put buat sebagai bekal jiwa ananda, yang entahlah kapan kan hadir mewarnai dunia..dalam berjuta harap penuh cinta..untukmu ananda..

Cinta Butuh Chemistry..


Ku punya pacar, sudah pas jadi pacar..tapi tidak seksi, tak punya chemistry..yeyeah!

Petikan lagu dari duo T2 jadi sdikit selingan bagi saya untuk kembali meredifinisi makna cinta, dicintai dan mencitai. Namun satu hal yang ingin saya garis bawahi, saya tidak menganjurkan untuk siapapun yang membaca artikel ini untuk pacaran, karena dengan jujur dan terbuka saya dengan konsekuensi ideologis, prinsip dan keimanan saya menyatakan bahwa saya bukanlah penganut paham “pacaran sebelum pernikahan” sebagai sarana perkenalan dengan calon pasangan hidup. ^^v 

Beside, artikel ini tidak menyinggung tentang masalah pacaran, apa dan bagaimana, atau apapun tentang istilah tersebut. Saya hanya ingin kembali mengeluarkan uneg-uneg dalam kepala saya yang ingin sekali bercua-cuap kembali dengan tema klasik “CINTA”. Heu..!

Sebelumnya saya juga mohon maaf jika kalimat pendahuluannya cukup panjang sehingga agak sediki menghambat untuk melangkah ke inti pembahasan. _kebiasaan penulis_ hehe! ^^v

Dalam beberapa kisah/ cerita/ legenda yang seringkali didengar atau dilihat oleh banyak dari kita, tidak sedikit yang mengisahkan tentang cinta yang tak berbalas. Whuih..! sakit…!  Baru saja saya selesai menonton sebuah serial korea, yang menceritakan tentang konflik balas dendam yang di bumbui oleh drama percintaan, beuh! Bahasanya udah kayak narrator iklan gitu. Hehe..! 

To the point, karena artikel ini berkisah tentang uneg-uneg saya tentang cinta tentu yang saya soroti kali ini adalah tentang kisah cinta yang terjadi antara mereka. Anggap saja pemeran utama pria 1 adalah (A), pemeran utama pria 2 adalah (B), sedangkan pemeran utama wanita 1 adalah (C) dan pemeran utama wanita 2 adalah (D).

Singkat cerita cinta mereka,
A dan C sebenarnya tidak pernah saling mengenal dengan sangat dekat bahkan setelah dewasa mereka tidak pernah mengenal nama mereka masing-masing. Akan tetapi ada kisah masa lalu yang mempertemukan mereka dalam kisah masa kecil mereka berdua, sehingga mereka saling menganggap bahwa masing-masing dari mereka adalah cinta pertama. 
Sementara itu B dan C, tinggal satu rumah karena B diangkat anak oleh ayah C. hubungan mereka sangat dekat. Diam-diam B mencintai C, setiap malam B melindungi C dari setiap perjalanan malam yang dilakukan C, dan berjuang mati-matian dari setiap bahaya yang seringkali menghampiri C.
Sedangkan D, memiliki hutang balas budi pada A.Mereka pun telah mengenal dekat. Secara sepintas D terlihat seperti gadis aneh yang mengejar-ngejar A. akan tetapi tanpa sepengetahuan A, D telah melakukan banyak pengorbanan untuk A.

Ting,tong.. yang saling mencintai tetap saja adalah A dan D. sementara usaha B dan D untuk medapatkan cinta, secara kasat mata adalah sia-sia. Karena cinta tetap saja berpihak kepada A dan C, meskipun frekuensi pertemuan yang bisa di hitung jari.
Saya berpikir, lalu mengapa yang justru saling mencintai adalah mereka yang tidak memiliki banyak usaha untuk menggapai cinta. Miris. Hikz..!  hua,huaaa… *lebay..! 


yah jawabannya adalah karena cinta itu juga butuh chemistry, bukan hanya sekedar usaha. Hehe.. cinta butuh takdir, bukan hanya usaha meskipun kadang usaha lah yang mengubah takdir..yah..! intinya, serahkan cinta pada takdir dan chemistrinya aja..

asa capek klo harus melihat perjuangan cinta dan atau pengorbanan cinta yang pahit pada akhirnya..ckckkck…

14 September 2010

Berharap dan Mengharap...


Bermimpilah setinggi langit, setidaknya ketika kau jatuh maka kau akan berasa di antara bintang-bintang. 

Namun, ini tentang cita-cita. Bukan tentang harapan. Kali ini saya hanya sedang berpikir tentang harapan.
Siapa yang tidak pernah memiliki harapan? Hanya orang mati lah yang tidak memiliki harapan. Begitulah kasarnya. Dan begitupun dengan orang yang memiliki harapan yang di gantungkan begitu tinggi. Namun, pahitnya begitu banyak pula yang tidak siap untuk menerima kenyataan yang tidak pernah sesuai dengan harapan. Ketika kenyataan telah melangkah mundur dari harapan, maka yang disalahkan adalah keadaan, bahkan bagian terparah adalah ketika yang disalahkan adalah Tuhan.
Dunia berbalik, ketika harapan melangkah mundur dari barisan kenyataan. Dipersalahkan, semua lantas dipersalahkan.

Seorang yang berani adalah mereka yang siap menghadapi resiko, yap! Siap menghadapi resiko.. bukan mereka yang nekat garis miring bodoh menantang peluang, tanpa strategi.

Silahkan gantungkan harapan tinggi, namun siapkan landasan ketika kau jatuh... setidaknya kau bisa berhati-hati dan menyimpan energi mempersiapkan harapan baru..


Harapan yang tinggi meningkatkan produktivitas hidup, namun harapan yang tertunda? Menguji keimanan. Harapan yang terpatahkan? Mengokohkan ketaqwaan. Seharusnya begitulah bagi para manusia beriman. .


05 September 2010

Mengingat Allah dengan yakin …


Ingatlah Allah agar hatimu tenang…” arti mendalam kalimat tersebut begitu solutif.  Maka ingatlah Allah, niscaya hatimu akan tenang. 
Akan tetapi, akhir-akhir ini entahlah ini hanya sekedar kekhawatiran atau ketidaknyamanan hati yang secara sengaja, ataupun tidak sengaja hadir di sisi hati..beberapa kali saya mendengar kalimat tasbih meluncur dari lisan seseorang yang cukup dekat -secara nasab- dengan saya.  Saya, yang bukannya bertambah ketenangan serta kegembiraan akan kalimat suci yang semakin sering dilafadzkan di rumah malah semakin bertambah tidak nyaman hati saya ketika mendengarkan pelafalan “Allahuakbar, Ya Allah..!!”, meluncur lancarr dari lisan ybs. –yang (Astagfirullah..) terdengar seperti yang menyalahkan Allah-. Nada suara yang terdengar seperti memelas,  marah dan takut dilafalkan secara berulang-ulang. Dengan nada yang sama. –sekali lagi, saya tidak mendapatkan nada suara kesyukuran di balik kalimat tasbih yang di ucapkan..dan ini membuat saya begitu sedih..-.
Saya sudah berada di sini sekitar 1 bulan lebih, dan semenjak awal itu pulalah saya terus mendengar kalimat pujian terhadap Ilahi didengungkan dengan nada yang sama. Dari awal, yang saya tangkap dari ucapan suci tersebut bukanlah sebuah bentuk pemasrahan diri, sepintas dan begitu terasa berat di telinga adalah sebuah keluhan akan takdir yang dituliskan Allah kepadanya. Astagfirullah Ya Allah.. hamba berlindung dari segala bentuk kekerasan hati dan ujub yang menodai ikhlas diri..
Lalu, apa yang membuat saya begitu berat mendengar kalimat suci itu dilafalkan dengan nada yang sedemikian?, tak lain hanya karena dalam pelafalan itu tidak tersirat keyakinan akan kuasaNya. Semua hanya bersifat keluhan, dan ketakutan tanpa disertasi dengan keyakinan.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim : 14)

Allah akan memberikan setiap mahluk ujian bagi mereka masing-masing. Yah,,!! Masing-masing, karena Allah tahu, masing-masing dari kita memiliki kemampuan untuk menyelesaikan ujian yang diberikan secara spesifik sesuai dengan batas kemampuan yang kita miliki
Maka, dengan kata lain SETIAP MAHLUK ITU BERMASALAH, yang jadi persoalan adalah proses dan hasil yang akan kita dapatkan dalam melalui ujian. Ingatlah, Allah memberikan ujian bagi setiap mahlukNya untuk mengetahui siapa yang paling beriman diantaranya.
Ujian diberikan agar kita mampu menjadi hamba lebih beriman, dengan itu kita akan bertranformasi menjadi hamba yang tangguh menghadapi godaan duniawi. Bukannya bertambah takut akan ancaman duniawi. Agar kita menjadi kuat, karena bertambah kuatnya keyakinan bahwa Allah selalu menolong hambaNya yang yakin akan kuasaNya.  Pun ketika sang hati sedang dalam suasana tidak senyaman biasanya, maka Ingatlah Allah! Berdzikirlah…!! Dengan penuh keyakinan, bahwa pertolonganNya akan selalu datang…
Akhir cerita dalam ruang introspeksi, saya rekatkan satu kalimat bahwa “Ekspresi Kepasrahan diri seorang hamba, berbeda jauh dengan KELUHAN seorang hamba, pun begitu dengan hasil yang akan didapatkan… jadi mau tak mau, BEDAKAN…!!”