26 October 2011

Dan Okay!



Dan okay, sekarang aku tak tahu kan ke arah mana isi kepalaku ini kan tersorot hingga begitu kakulah ia kan menyirat kan seutas surat. Saat ku butuh sebuah dekapan erat, tak ada satupun rasa yang mendekat, bahkan dia yang katanya selalu ada saat ku butuh dia karena hati dan cinta tlah melekat. Ah! Apakah semua suar kasih atas nama “sahabat” semua hanya sekedar kelebat sesaat? Aku sendiri, menangis. Meringis sakit.

Ah tidak! Aku tidak akan mengeluh, karena sungguh kutahu tak adalah guna ku peras peluh hanya karena harap yang tak pernah sungguh-sungguh. Semu!
Pantas saja aku selalu ragu, dimana dirimu?

Aku memang tak pantas tuk protes, siapa aku? Saat mereka menyedot darahku karana kelemasan, aku mau. Bukankah aku mau? Lalu saat aku lemas kehabisan nafas, kemudian tak satupun dari mereka yang hadir tuk setidaknya tiupkan desah selepas, lalu apakah aku harus protes? Lalu apakah aku harus panas?

Biasa sajalah! Di dunia ini memang jauh lebih banyak manusia yang mau berkorban karna impas, 
bukan ikhlas. Tak usahlah mengeluh, berjalanlah sekalipun darah menetes deras, peluh mengalir lepas, nafas mengengus gegas, berjalanlah terus, sekalipun lemas dan akhirnya wujudmu kandas. Di ujung sana, hadirmu yang baru menanti dengan wujud yang lebih tegas, kuat dan pantas!

No comments:

Post a Comment