23 August 2011

Mundur?




Tak mengerti apa yang harus kan diatur. Mungkin aku memang harus mundur. Bahkan jawabanmu pun tak lagi terukur. Bukankah hati ini begitu luka? Lalu mengapa senyuman masih setia menghias rupa . bukankah harusnya kau bersuka cita rayakan cinta? Lalu mengapa harus ada tetesan airmata.
Aku bodoh, yah kali ini ku akui aku begitu bodoh. Entah mengapa ini adalah kebodohan yang paling aku suka.  Kebodohan yang paling aku suka. Tetap bodoh menunggumu, padahal tak pernah pasti iyakah arahmu padaku? Tetap bodoh mempercayaimu, padahal kalimatmu hanya sekedar rayu. Tetap bodoh mengagumimu, padahal belati beracunmu kerap kali menyayat hatiku dengan atau kau tahu. Tetap bodoh menginginkanmu, padahal kutahu kau belum lah jadi hak ku. Tetap bodoh berlaku manja, mudah cemburu di hadapanmu, padahal sejatinya aku tidaklah seperti itu. Tetap bodoh terpengaruh semua berita tentangmu, apapun itu sungguh jantungku berdebar keras setelah itu. Tetap bodoh mencintaimu, padahal kutahu mungkin itu terlarang bagiku lagipula tak kutahu rasamu.
Entah bagaimana yakinku, kala mentari  lelah bersinar dunia masih kan tetap benderang. Karena cahaya paling cemerlang tersimpan di hatimu. Kasih, kau selalu tahu. Tatap ini, tangan ini, hati ini, telah terikat serapat jilbab membebat erat aurat, semua untukmu, halalku. Mungkin gelap adalah sahabat paling rapat untuk merasai rindumu dalam dekap yang paling erat.

No comments:

Post a Comment