“kita tidak pernah kekurangan nasehat, kita hanya kekurangan pintu hati yang terbuka untuk menerima nasehat darimanapun ia berasal..” (AEP)
Apa yang anda lakukan jika tiba-tiba suatu saat anda (*muslimah yang belum menutup aurat) di nasehati oleh seorang PELACUR untuk menutup aurat dan menjaga kehormatan diri?. Apakah anda akan menerima nasehatnya dengan senang hati? Atau anda berujar pada diri sendiri atau malah berbalik dengan makian “Anda saja (pelacur) tidak menjaga kehormatan diri dan tidak menutup aurat, malah sok-sok an menasehati orang lain untuk menutup aurat.!!”.
Atau suatu ketika anda di minta belajar dengan rajin oleh seorang teman yang notabene nya adalah mahasiswa dengan IPK Nasakom (Nasib Satu Koma)..? apakah anda akan menuruti kata-katanya atau malah kembali balik menghina “Urusin aja IPK lo dulu..!”.
Seringkali kita menutup telinga ketika mendengar kalimah cinta dari seseorang yang hina, atau terkesan lebih rendah dari kita. Tapi tanpa sadar kita telah menutup pintu hikmah yang telah datang dengan sendiri nya ke arah kita tanpa diminta.
Bukankah Allah telah mengingatkan dalam
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”. Lalu apakah kita masih ingin berada dalam kerugian?
Dan bukankah Rasulullah, telah mengingatkan dalam sabda cintanya…
“Lihatlah apa yang disampaikannya bukan siapa yang menyampaikannya..” serta pesan indah “Hikmah adalah harta setiap muslim yang tercecer, maka dia berhak mengambilnya jika bertemu dengannya”. Bukankah begitu? Namun kejadian kali ini adalah bukannya hikmah yang tak terlihat tapi hikmah yang kita buang hanya karena sang penyampai hikmah. “Hikmah itu tersebar dimana-mana, masalahnya adalah maukah kita untuk sedikit merunduk untuk memungut hikmah yang tercecer atau berjuang memanjat untuk meraih hikmah yang tersangkut?” lalu mengapa mata dan telinga kita masih sering tertutup akan naaehat yang bertebaran di depan mata..? apakah jiwa kita sudah cukup bersih sehingga tak mau lagi menerima sebuah realita akan nasehat yang datang dari orang yang tidak terduga?. Lalu apakah kita sudah cukup yakin akan kepantasan kita menginjak syurgaNya, sehingga dengan sombong menepis kebaikan yang datang dari manapun asalnya?
Semua pertanyaan biarlah menjadi introspeksi jiwa, bagi mereka dan kita yang masih mau membaca. Buka mata, buka pikiran, dan buka hati. Rasakan setiap kebaikan yang mengalir dari setiap ujung mata dan ujung indera. Maka kau akan menemukan hikmah dimana-mana yang akan menuntunmu menuju rasa syukur yang luar biasa, dan dengan lapang kita akan berkata “BERBAHAGIALAH!!”.
No comments:
Post a Comment