23 June 2010

Untukmu yang merasa di sana...


Aku takut padamu. Karena kau memang menakutkan. Harapan yang selalu kau berikan, semua hanya sebatas barisan isyarat. Suaramu belum pernah kudengar, wajahmu belum pernah kulihat. Sekalipun jarak kita sekarang begitu dekat. Namun kau masih terasa jauh. Aku yang masih menunggu disini, menempuh semua resiko untuk tetap memilihmu. Melawan semua arus kepatuhanku untuk tetap mempertahankan mu selalu dalam hatiku. Kau yang selalu membuatku mengawang mimpi tinggi, namun aku ketakutan kau akan membantingku disisi pelampiasan dan ambisimu. Bukan cintamu..!!

Sayang, kini jarak yang merentang kita tak lagi lintas benua. Kau sudah hadir di negeri yang sama, daratan yang sama. Tapi mengapa? Kehadiranmu maaih saja belum terasa? Senyummu belumlah menyapa? Bahkan menjauh..!! Perlahan rasa kehadiranmu menghilang, seakan kau tak pernah ada.

Salahkah aku yang hanya ingin meyakinkan diri? Maka hadirlah disini.. Sapalah diriku yang terus merindukanmu..Aku Rindu Kamu..!!! Tidak kah kamu rindu? Atau itu semua hanya sekedar janji manismu? Pertanda bahwa semua bahasa isyaratmu tak kan pernah menjadi nyata. Sementara, Aku menunggumu disini.

Atau itukah maumu? Kalau begitu, sekalian saja kuputus semua jalan rinduku..

Semoga panggilan hati ini sampai ke hatimu, seperti yang biasa kulakukan padamu..

Aku tak tahu sekalipun ini masih terasa berat, semua kini menjadi jelas antara kisah lama dan kisah kini. Aku memang tak pantas mengharap karena semua harap kini telah kau tebas.
Namun entah mengapa gejolak cinta ini masih bergumul di rongga dada. Antara iya dan atau tidak. Cukup sudah kutahu bahwa cintaku memang sedang menepuk angin. Lalu dengan membuka cadar malu, aku datang ke dunia kabutmu, seklaipun hadirku bukanlah untuk mengharapkan sentuhan cintamu.

Aku menunggumu, guratan harap terpatri jelas di lubuk hati masih saja meniupkan harum aroma namamu. Sekuat hati coba ku tepis semua rasa pengharapan karena ku tahu kini memang hatimu bukanlah untukku. Kau ternyata sudah mengait janji dengan yang lain. Aku pasrah jika ternyata jika bukanlah aku yang terpilih. Karena ku yakin ketika jari Allah telah menunjuk, maka tak ada lagi kalimat pembelaan seorang hamba. Pun begitu jika namamu memang telah tertulis disamping namaku maka itulah jawaban. Dan ku lebih mempercayai kasihNya.

Berusaha untuk tidak mengingkari keimanan, aku hanya ingin berharap bahwa kesempatan itu masih ada untukku. Sekalipun mampuku hanya berputar dan menari bersama kalimat-kalimat bisu, hening dan diam.

Bahasa khayal ku berkata, inginnya cintaku berakhir layaknya romantika film India. Kau datang dengan cara yang tak terduga, sekalipun pada detik terakhir. Tapi kau datang tepat dimana aku sedang membutuhkan kehadiranmu. Semua berakhir happy ending.

Aku sedang beranjak pergi dari dunia metropolismu, dan dengan begitu kasihannya aku sedang menangisi patah hatiku. Ketika kutahu kau sedang tidak tersenyum untukku. Ingin sekali lagi aku berteriak, tidak cukupkah semua isyaratku padamu? Dengan jujur ku mengasihani diri sendiri, yang hanya mampu menangisi rasa sakit hatiku yang masih saja merindukamu.

Selamat tinggal cinta, selamat tinggal kekasih yang kurindukan... Semoga Allah mempertemukan kita dalam naungan cinta yang lebih baik dan lebih indah..

No comments:

Post a Comment