“Cemburu itu cinta atau bukan? Keterikatan itu cinta atau bukan? Keinginan untuk memiliki itu cinta atau bukan? Luapan emosi yang kurasakan setiap bertemu dengan kekasihku itu cinta atau bukan? Kerinduan yang kurasakan saat berpisha dengannya itu cinta bukan?”
“Bukan.”
“Bukan? Semuanya bukan cinta?”
“Mana aku tahu? Aku tak tahu semua itu cinta atau bukan.”
“Kalau kau tidak tahu, mengapa menjatuhkan fatwa bahwa semua itu bukan cinta?”
“Aku simpulkan semua itu bukan cinta karena kau bertanya”
“Apa maksudmu?”
“Bila kau masih bertanya tentang cinta, berarti kau belum menemukan cinta. Kemudian pengalaman-pengalaman mu jelas bukanlah pengalaman cinta.”
***
Cinta dan kasih tidak menyisakan satupun pertanyaan. Bila kita sudah menemukan nya, cinta akan menjawab semua pertanyaan. Setelah menemukan cinta, kita tak perlu bertanya lagi. Tak ada yang perlu kita tanyakan lagi.
Bila kita berpikir atau merasa telah menemukan cinta dan masih juga bertanya, ketahuilah bahwa kita belum menemukan cinta. Cinta yang masih sepenuhnya mengandalkan emosi sekalipun akan membuat kita kehabisan kata-kata. Ia tak hanya merampas kata-kata kita, tapi juga pikiran kita. Tak ada yang tersisa, kecuali rasa cinta.
Suatu waktu kang Salim A. Fillah, dalam sebuah forum diskusi pernah berkata kepada saya “Carilah definisi cinta kepada mereka yang telah menemukan cinta, bukan kepada mereka yang sedang berpetualang mencari cinta..”. Seketika definisi cinta tak
Begitulah, ketika Yahya bin Muadz perah berkata “Cinta Allah melebihi jangkauan logika”. Dan kali ini dengan keterbatasan logika saya, saya tak mampu menyelami dasar hati mereka yang telah menemukan definisi “cinta”. Mungkin saya, masih harus terus bertanya tentang definisi, hingga suatu saat saya berhenti bertanya “apa artinya cinta”. Karena seluruh kata sudah tak mampu lagi menjawabnya. Dan saya pun berhenti bertanya ketika tak ada lagi yang perlu dipertanyakan.
No comments:
Post a Comment