30 May 2010

Masih maukah kita menjadi saudara orang-orang yang sedang jatuh cinta..?


Kemana Ukhuwah itu..?ketika prasangka lebih dahulu bertahta ketimbang sebuah nilai berbaik sangka..

Honestly, mungkin saya sudah begitu lelah untuk terus bertanya. Karena pada kenyataannya kondisi ini memang tidak akan pernah bisa berubah selain jika dilakukan oleh objek penderita itu sendiri. Paham berbaik sangka cenderung hanya sebagai sebuah teori belaka. Ketika ada prasangka tidak pernah bertanya akan realita. Ketika saya pernah berkata “Kebenaran itu belum tentu terlihat, dan yang terlihat itu belum tentu benar” dan sahabat saya berseru lantang menyambung kalimat saya “maka kebenaran itu harus dengan lantang diserukan”, lalu mengapa prasangka masih terus dipertahankan..?

Ada pertanyaan besar bagi saya, “Mengapa ketika seseorang ketahuan sedang jatuh cinta, cenderung ter-judge sebagai seseorang yang ber-zina hati??”. Sebegitu salah kah “cinta” dengan segala kefitrahannya?. Kecepatan berfikir sepertinya berbeda definisi dengan kecepatan men-judging kondisi lapangan. Ini bukan tentang “Pacaran”, siapapun juga paham bahwa konteks pacaran yang diaplikasikan di era sekarang sudah tidak lagi syar’i. Padahal jika ditilik balik terhadap sejarah istilah pacaran, maka pacaran adalah sebuah ikhitiar pencarian jodoh yang begitu syar’i dan terjaga dari hal-hal tercela.

Wa la takrobulzina..!!” = “Janganlah mendekati zina..!!” peringatan yang sangat jelas bagi mereka yang mampu membaca, mendengar dan berfikir. Tapi, apakah definisi ini juga dipakai untuk “Janganlah jatuh cinta..!!”??. saudaraku, menjaga kemurnian hati dalam mencintai lebih besar dari selainNya itu tidak mudah, maka Allah menguji kita dengan rasa kecintaan terhadap selainNya. Maka dalam hal ini “cinta” adalah sebuah kewajaran. Hanya saja, tidak setiap insan yang sedang jatuh cinta memiliki kondisi dan karakter yang sama. Banyak yang mampu memendam hati dan ekspresi sendiri, dan tidak sedikit pula yang tidak. Jika seseorang yang sedang jatuh cinta itu adalah seorang yang introvert / tertutup, maka kondisi jiwa akan lebih terstabilkan dengan karakter alami / kondisi ketertutupan yang dimiliki. Tapi bagaimana dengan dia yang memiliki karakter ekstrovert? Haruskah dia terus terdiam? Sementara proses pencarian solusi yang paling rasional dan sesuai dengan karakter alamiya adalah dengan mengungkapkan hal tersebut kepada orang-orang terpercaya. Sementara sekarang sudah mulai berkurang orang-orang yang mampu menanggapi perihal “merah jambu” dengan penanganan wajar. Hampir semuanya adalah “judgement”. “Nikahi atau jauhi..!!”. hanya itu. Namun apakah semudah itu? Sehingga terkesan bahwa jatuh cinta adalah sebuah kesalahan. Sehingga hanya ada dua solusi yang diberikan. Apakah sebegitu salahnyakah ketika saling mengetahui bahwa kita sedang saling mencintai? Padahal sang pelaku cinta bukanlah orang yang bodoh yang dengan mudah terjerumus zina “dzahir”. Bukan kah dia juga memiliki saudara seiman yang juga mampu menjaganya dari kebusukan “bau dunia”? namun itu jika saja saudara seimannya masih mampu menjadi tempat nya membicarakan solusi yang tidak hanya “Nikahi atau Jauhi” saja. Karena nyatanya treatment cinta tak se-simple itu.

Orang yang sedang jatuh cinta tak butuh kecaman, mereka cukup tahu bahwa mereka sedang jatuh cinta dan itu tidaklah mudah. Orang yang sedang jatuh cinta tak butuh penekanan, karena mereka sudah cukup tertekan dengan keterkekangan luapan perasaaan yang belum bisa terlampiaskan dan itu tidaklah mudah. Orang yang sedang jatuh cinta hanya butuh dukungan bahwa dengan warna merah jambu yang sedang dimilikinya, dia masih memiliki saudara seiman yang masih mau berdiri di sisinya menjaganya agar jangan sampai terjatuh ke jurang “maksiat” karena cinta. Yang masih mau bahu-membahu berjuang dijalan yang telah terpilih. Yang masih mau membelai lembut punggung nan rapuh ketika beban karena cinta terus menggelayut, padahal beban dakwah tidak lebih ringan dari beban yang sedang tergantung.yang masih mau tersenyum bersama, disaat lidah masih terasa pahit. Yang masih mau bergandengan tangan dan bersama melantangkan bahwa “Wahai masalah, saya tidak takut akan kebesaranmu..karena saya masih memiliki Allah yang Maha Besar..!!”. masih maukah kita menjadi saudara orang-orang yang sedang jatuh cinta..??

No comments:

Post a Comment