30 May 2010

Adegan India Ala mereka yang sedang jatuh cinta..


Cinta, memang tak akan pernah habis kalimat yang kan terurai untuk mampu mendefinisikan makna dan kisah-kisah akan cinta, tak akan pernah cukup pasokan kata yang kan tersusun, tak kan pernah henti senandung yang kan menyanyikan arti dan makna kembali tentang cinta. Tersirat maupun tersurat.

Ini bukanlah tentang saya yang sedang jatuh cinta. Tapi ini adalah sebuah cerita yang akan mengalir mengikuti sebuah alur realita yang terjadi di sekeliling saya, anda, dan kita.

Mungkin kita semua sudah banyak yang mengetahui ciri khas film india. Kejar-kejaran di bawah hujan, lirik-lirikan, tari-tarian dan sebagainya. Dan tanpa kita sadari ternyata kejadian india-india an ini terjadi di kehidupan nyata bagi mereka yang sedang jatuh cinta. Bukan cinta mereka yang telah mencitra rasa dalam sebuah ikatan, tapi bagi mereka yang hanya mencitra dalam rasa. Yang tak mampu mengungkap dalam kata, hanya binar mata yang bicara, degup jantung yang mengalunkan nada. Diam-diam, tersembunyi dan tak ada yang tahu.

Adegan ini terjadi bagi mereka yang memendam rasa.

Ketika bersama dalam sebuah acara, forum, ruangan, dan event terbuka. Perlahan wajah akan bersemu merah. Tak mau melihat, tapi tetap mengejar pandangan. Berkejar-kejaran tanpa disadari oleh lingkungan, yang paling penting adalah sang pujaan tak lepas dari pandangan. Bukan bermaksud menatap, tapi hanya ingin merasakan kehadiran. Ketika sang pujaan menghilang dari pandangan, sekejap mata menyapu ruangan mencari keberadaan sang pujaan. Ketika mata tertumpu pada sosok yang diharapkan, maka senyum lebar menjadi hiasan. Tanpa ada kata yang terungkap, namun langit seumpama sendang menurunkan hujan bunga-bunga, aroma cinta semerbak di udara. Tanpa satu kata, semua terasa indah adanya. Dan senandung cinta seakan mengalun di udara.

Dalam event dan forum tertutup. Seluruh laku dan lisan dijaga, jangan sampai maksiat bertahta. Inilah manis sekaligus pahit yang dirasa bagi yang memendam rasa. Tak ada kalimat cinta, tak ada bahasa-bahasa asmara. Tapi gemuruh di dada masih tak jua reda. Hanya kepada Dia, hati dan harap dititipkan. Tak pernah yang lain. Lantunan doa menjadi sennadung cinta yang begitu luar biasa.

Kisah ini bukan sebagai pembela bagi yang sedang jatuh cinta, kisah ini hanyalah sebuah ungkapan realita yang terjadi di depan mata. Sekalipun mata dan telinga tak kan mampu mengindera. Hanya hati yang peka yang mampu merasa, bahwa aroma cinta sedang semerbak di udara. (* Ini realita, sekalipun ini bukan kisah tentang saya, tapi tentang mereka).

Hanya mampu berharap, semoga cinta tak bertransformasi menjadi racun mamatikan. Yang mampu melumpuhkan keimanan, yang mampu menyurutkan ketaqwaan.

Hanya mampu berharap, semoga cinta mampu menjadi kekuatan. Yang meniupkan asa, yang mampu melejitkan harapan.



No comments:

Post a Comment