21 May 2010

Bersyukur dengan menulis.. ^_^


Apakah menulis itu butuh “bakat”???

Kalimat ini terus terngiang-ngiang di telinga saya selama ini. Saya sangat menyadari bahwa keinginan saya untuk menulias begitu besar, tapi acap kali tulisan itu terekam mata, tertuang diatas kertas, terindera diatas monitor, semua hanya menjadi sebuah keraguan saja.

Apakah tulisan ini benar adanya?

Atau, Apakah tulisan ini hanya berupa seongok sampah belaka?

Dan, “apakah-apakah” yang lainnya…

Berapa kali tulisan tangan saya dimuat di berbagai media , sekalipun hanya lingkup kampus masih saja belum mampu menumbuhkan kepercayaan diri saya untuk menulis. Semuanya hanya sebagai bunga-bunga kertas dimataku, palsu dan mudah terkoyak. Dan keinginan untuk menulis itu perlahan hilang. Hanya karena saya berfikir bahwa saya tidak memiliki kemampuan utnuk menulis, dan saya terfokus dengan potensi lain yang saya miliki, kemampuan linguistic atau berbicara. Sekalipun dalam hal ini masih saja belum ada kata “PUAS” yang terukir dalam kamus kehidupan yang saya tulis. Dan anda tahu? Secara otomatis ketidak tenangan terus menggelayut di sudut jiwa.

Mungkin banyak yang berkata, “jangan pernah merasa puas untuk belajar dan mengaktualisasi diri”. Dalam hal ini memang 100% benar. Jika saya tidak puas maka saya tidak akan menemukan kebahagiaan, karena apa yang saya pikirkan kali ini di luar konteks Qana’ah yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim. Karena justru saya berpikir, kalau saya masih berdiam diri dengan ketidak puasan saya, maka saya adalah seorang yang kufur terhadap nikmat yang telah Allah karuniakan bagi saya untuk dapat mengakutialisasi diri. Jika saya terus begini maka saya adalah seorang hamba yang kufur terhadap nikmat Rabb nya, mengapa? Karena sudah terjadi sebuah kesalahan langkah yang besar yang saya ambil yang seketika itu “mematikan potensi yang saya miliki” dan menurut saya itu adalah sebuah bentuk kekufur-nikmatan terhadap karunia dan kesempatan yang telah Allah berikan untuk saya.

Saya teringat ketika dulu waktu saya masih menginjak kelas 2 SD. Saya pernah bernyanyi di atas panggung dalam sebuah event di sekolah. Salah seorang guru saya waktu itu berkata “suaramu fals”. Satu kalimat yang langsung dan begitu saja tertanam dalam megaserver jasadiah saya bahwa saya adalah seorang anak yang tidak memiliki bakat “menyanyi”. Hingga bertahun-tahun berlalu, saya menghindari semua kesempatan untuk tampil di depan umum. Sampai suatu ketika, ujian kelas 6 dilaksanakan, dan salah satu bentuk ujian yang dilakukan adalah menyanyi solo di depan kelas, dan setiap murid diwajibkan untuk melaksanakan ujian tersebut, takterkecuali saya. Jujur saja, waktu hari H ujian menyanyi tiba saya hanya menyanyi dengan seadanya karena dalam otak saya masih tertanam program bahwa “suara saya fals” dan pasrah jika nilai ujian menyanyi ini jelek. Tanpa saya sadari, ternyata seluruh kelas menjadi hening seketika, dan ternyata teman-teman sekelas dan guru saya menikmati nyanyian “suara fals” saya. Nilai ujian menyanyi saya tertinggi di kelas, dan dapat tawaran menjadi vokalis band yang baru akan di bentukoleh teman-teman saya yang berminat menajdi pemain band (*tapi dengan berbagai kondisi, gak jadiii.. ^_^). Semenjak itu saya baru tahu bahwa suara saya gak fals-fals amat, hhehe! Saya baru menyadari bahwa ternyata saya memiliki potensi yang secara tidak disadari “terbunuh” hanya dengan 1 kalimat “suaramu fals”. (*mungkin hal ini juga bisa jadi perhatian bagi para pendidik masa kini untuk mulai memperhatikan pola pendidikan yang mereka terapkan ke anak didik sehingga insiden pembunuhan potensi tidak terjadi.).

Disini saya mencoba mengajak untuk meraih kebahagiaan dengan cara “bersyukur” dengan metode “Puas” dan “Tidak Puas”. Sebagai seorang hamba yang diberikan akal kita dituntut untuk “tidak puas” dengan segala bentuk hikmah yang terhampar, sehingga kita tidak puas untuk belajar serta merta tidak puas untuk beramal. Sebaliknya, kita pun kan merasa puas akan segala nikmat yang telah Allah berikan dengan mata yang mampu melihat, mulut yang mampu berucap, lidah yang mampu merasa, kaki yang mampu berlari, dan sebagainya pun ketika mulut itu tak mampu lagi untuk mengeja, lidah tak mampu lagi membedakan rasa, dan kaki tak mampu lagi untuk merasakan kasarnya dunia maka ketika kita puas akan “Modal” kehidupan yang telah diberikan maka itu merupakan sebuah bentuk “Kesyukuran” yang akan berlipat menjadi “kesyukuran” lain ketika kita “tidak pernah merasa puas” untuk bersyukur.

Lalu bagaimana caranya bersyukur dengan tidak membunuh potensi yang dimiliki. Lalu hubungannya dengan menulis? Sederhana. Ketika pada jaman dahulu kala saya merasa telah mendzalimi diri sendiri dengan tidak bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, yaitu dengan kejamnya saya membunuh potensi yang saya miliki. Maka kali ini saya berusaha untuk bersyukur, dengan berusaha mengoptimalkan semua potensi yang saya miliki. Awalnya otak saya berputar-putar memikirkan cara yang tepat dan tentu saja dengan alasan yang juga harus tepat. Dan langkah awal yang saya lakukan adalah menjawab pertanyaan yang saya ajukan untuk diri sendiri, pertanyaan yang kini menjadi judul dalam tulisan ini.

“Apakah menulis itu membutuhkan bakat?”

Dengan tegas saya akan menjawab : TIDAK

Karena untuk menulis kita hanya membutuhkan satu kata :SYUKUR. Yang akan berimplikasi pada kemauan, semangat, dan tindakan.

Untuk berfikir, saya bersyukur punya otak.

Untuk bertindak saya bersyukur, punya indera.

Dan untuk bersyukur, saya bersyukur punya Hati yang masih memiliki Iman.

^_^

Wallahu’alam bishawab..

3 comments:

  1. Nice posting. Diriku juga sempat mengalaminya,pertanyaan introspeksi terus terngiang-ngiang apakah diri ini mempunyai bakat dalam menulis atau tidak?
    Dengan bersyukur maka ni'mat Allah akan berlipat ganda seperti dalam surat Taubah ayat 7 :
    "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema'lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

    Jazakillah ukhti, atas sharingnya :)

    ReplyDelete
  2. Ralat nama surat di atas...(mohon di edit )
    yang benar QS Ibrahim ayat 7

    ReplyDelete
  3. Subhanallah,,!!
    makasih kang arya atas tambahannya..
    ^_^

    ReplyDelete