“It’s gonna be twice…”
Hampir terjadi dua kali, dan ini hampir terjadi. Aku ditengah ketidakberdayaan ku menghadapi segumpal perasaan yang cukup sulit aku topang, sukup sulit aku kendalikan. Mungkin khayalku terlalu tinggi, mungkin harapku terlalu besar. Dan aku terhenyak akan kenyataan bahwa kau telah mengambil keputusan. Dan keputusan itu bukan aku, bukan dia. Entahlah itu siapa.
Kau harus tetap istiqamah, itu harapmu?
Memang apakah yang selama ini telah aku lakukan hingga kalimat itu muncul dalam baris keputusanmu? Sepahit itukah aku harus menelan semua racun yang telah kau lemparkan? Menahan harap yang dulu kau sambut, merajut rindu yang dulu kau balas, menepuk air yang dulu kau siramkan…
Mungkin memang dunia harapanku ini terlalu megah, dengan menempatkan engkau sebagai tamu istimewa. Mungkin memang dunia khayalku terlalu imajinatif dengan menempatkan engkau sebagai pemeran utama. Tapi entahlah darimana ku dapat keyakinan jika rasa ku pun memang benar kau balas. Semakin kuat aku rasakan, semakin kuat engkau berpaling.
Semenjak kejadian itu.
Kejadian dimana aku terhenyak dalam sudut mimpi dan ribuan tanya. Meraba-raba semua rasa. Ini memang salah ku jika benar semua rasa ini telah salah. Ini memang keliruku jika memang semua tindak ini adalah keliru. Dan tetap saja engkau telah mengambil keputusan. Dan itu bukan aku. Dan aku siap.
Entahlah, hingga detik ini tak mampu ku definisikan arti dari semua rasa, semua laku, semua kata yang telah kita tuliskan. Dan mungkin saja aku yang terlalu berlebihan. Aku yang terlalu menebar jala harapan. Aku yang terlalu cepat menyongsong perhatian. Aku yang telah gagal mencitra perasaan. Aku yang telah senonoh membesarkan semua rasa yang telah kau berikan.
Tapi mengapa tetap saja hati ini berkata jika kau memang telah berkata untukku? Jika kau telah menarikku ke dalam ruang kalbu mu? Jika kau telah menuliskan namaku dalam setiap doa mu? Jika kau telah mengukir namaku dalam setiap gerik dan laku cintamu? Jika kau telah menempatkanku ku sebagai ratu dalam dunia khayalmu? Jika kau telah menghiasi mimpi-mimpi mu dengan seluruh perkataanku?
Mengapa? Ataukah memang hati ini sudah tidak bisa dipercaya?
No comments:
Post a Comment