13 December 2011

Dua tahun lagi saya seperempat abad,,




Dua tahun lagi sudahlah saya hidup seperempat abad. Momentum perak, katanya. Dua tahun lagi pula jadi point pemberhentian sejenak, akan rutinitas-rutinitas yang panas dan memanas.
Mimpi-mimpi yang dirajut, sudah sejauh mana terwujud. Akan kah berakhir kejut, atau beralih syukur yang sujud. Dua tahun lagi, tidaklah lama nona. Rasakan saja nanti, baru saja dua tiga sekejap mata tiba-tiba sudah dua lima. Seperempat abad sudah hidupmu berlalu.
Mari kita hitung berhitung, dari tahun-tahun yang sudah kau lalu.
Dua tahun pertama kelahiranmu, belum lagi kau bisa apa-apa. Bicara saja baru “bu bi ba”.  Tak terpikir umat, belum terpikir berkat. Tidurmu, bahkan hampir sehari penuh di embat.

Lalu hadirlah tahun –tahunmu yang baru, langkah-langlah pertama yang mulai kau tuju. Ocehan-ocehan seru meluncur riang dari bibir manis nan mungilmu, mengujar-ujar mimpi, aku ingin begini dan aku ingin begitu, katamu. Sepuluh tahun pertama, hampir kau habiskan seperempat waktunya dengan terlena lelap empuknya kapuk, dan guling butut busuk apak. Kata ibumu, jam 9 malam waktunya lelap dan bangunlah kembali besok pagi, pukul 6.  Ya, lelap sudah 9 dari 24 jam untukmu sehari. Kemudian bermainlah engkau hingga tengah hari, jam 11 kau pun dipanggil ibumu kembali. Tidurlah siang sayang, ragamu pasti lelah disekolah. Dan kau pun rebah, jam 1 sampai jam 3. Berkurang lagilah 3 jam. 

Sudah! 10 tahun pertamamu habis sudah setengah hanya tuk rebah.
Sepuluh tahun berikut, semakin rapatlah waktumu kau ikat. Bagun pagi, sekolah, belajar, les ini itu, belajar, dan tidur lagi tuk kemudian bangun lagi besok pagi. Rutin. Masih! Belum lagi kau terpikir umat, belum lagi kau patri mimpi kuat-kuat. Kau hanya terpikir, ini yang ayah ibumu ingin kau perbuat. Ingin apa kelak kau menjadi? Baru terpikir, 5 tahun terakhir dari 10 tahun kedua ini. Kemudian ingin apa pulalah kau menjadi? Kembali lagi kau mulai mengujar mimpi-mimpi. Mulai belajar mengejar, tak hanya mengujar. Realita sudah mulai menguak kuak di depan mata. Bahwa hidupmu tak kan begini terus tuk selamanya, sehingga perubahan kan jadi niscaya.

Sekarang, menghitung 5 tahun mendekati seperempat abad. Lalu apa lagi yang masih akan kau perbuat. Pengejaran mimpi masih tresendat? Atau pengujaran mimpi yang terlalu hebat? Hingga realita hanya jadi pengias kebat, sekelebat. Mimpi mimpi dan mimpi.

Apa lagi yang ingin kau kejar? Mimpi? Atau khayal? Bedanya?
Seperempat abad yang mendekat, sekedar jadi pengingat. Mimpimu bukan khayal yang sekelebat. Tapi sebuah visi nyata, cita seorang pengukir sejarah yang akan mengukir namanya dalam kamus dunia bergandengan tangan bersama sepadan kata “Hebat, Manfaat dan Berkat”...! Sesungguhnya untuk itulah dirimu dibuat!!  

2 comments: