18 April 2010

Terapi Hati (1)

Malam penuh Do’a, penawar rindu kasih…

Munajatkan Maha cinta ku di atas cinta…

Jika memang takdir cinta pasti bertemu…

Meski kau dan aku ada di ujung dunia…


Entahlah,,apakah memang pantas jika seorang aku hadir dsini dan merasakan sebuah perasaan rumit yang dinamakan cinta. Ketika cinta menjadi sebuah fitrah, dan aku harus tahu bagaimana dan kemana cinta itu harus berlayar. Berbagai pertanyaan memenuhi seluruh ruang logika, seluruh perenungan bertapa di ruang kalbu. Aku percaya. Aku percaya jika cinta itu fitrah, jika cinta itu hadir kerana adanya campur tangan Sang Pembolak balik hati. Dan aku percaya, jika ini adalah salah satu ujianNya, ujian keimanan, ujian ketaqwaan, ujian keikhlasan, dan ujian yang akan mampu membuatku menjadi seorang wanita dengan kualitas yang lebih baik dari pada sebelumnya.

Hanya saja, sangatlah wajar jika dalam proses itu hati terasa begitu sakit, kepala terasa begitu berat. Aku ikhlas, dan ikhlas itu sulit. Yah!! Inilah ujian keikhlasan itu, ujian kebergantungan itu, ujian keimanan itu. Hati terasa begitu berat, mata terasa begitu gampangnya mengalirkan sungai-sungai air mata. Kesakitan hati, begitu terasa ketika ruang khayal menghadirkan wajahnya. Dan ketika di ruang maya bertemu sekalipun, tak pernah ada sedikitpun kalimat cinta yang terbersit. Semua hanya kalimat harap. Kita bersama tak ingin terjebak. Aku ikhlas, tetapi aku sakit. Selintas otakku bertanya “ketika cinta tak berbalas, rasa sakit itu wajar jika cinta itu harus kandas… bahkan bersit bahagiapun akan hadir ketika objek cinta yang tak membalas asyik dalam ruang bahagianya bersama sang orang ketiga, meskipun bukan dengan sang subjek cinta. Namun, ketika cinta berbalas… Kali ini haruskah kandas??? Maka akan sangatlah wajar jika rasa sakit karena cinta itu hadir… dan aku berkata dalam wajah perenungan, Patah hati karena cinta tak berbalas itu sakit, akan tetapi Patah hati karena cinta berbalas itu akan lebih sakit…”.

Mungkin saja, anda bisa berkata artinya saya belum bisa ikhlas. Tapi ini nyata, apakah anda ingin merasakannya? Mencintai seseorang, menahannya dalam hati, jangan sampai sang objek cinta mengatahui karena takut terjerumus dalam perbudakan perasaan cinta, dan hanya mampu berpasrah. Dunia serasa berputar, seketika mengetahui bahwa sang objek cinta mengisyaratkan rasa yang sama. Kita bermain dalam dunia kata, jangan sampai terjerumus perangkap cinta. Kita bermain dalam dunia rasa yang menerbangkan semua khayal, semua harapan, semua keindahan. Tapi tunggu dulu, itu semua masih tetap berada dalam dunia khayal kita, masing-masing. Ketakutan mengerayangi otak dan hati masing-masing. Setiap kalimat menjadi terlalu sensitive untuk di cerna. Penghindaran diri menjadi sebuah kalimat yang begitu menyakitkan. Dia menjauhkan diri dengan kalimat yang begitu memberatkan. Menegaskan dalam sirat, mungkin kita bukanlah jodoh dan kita harus siap. Hati sudah berpasrah kepada sang pemilik cinta, tapi tetap saja masih sakit, semua begitu berat, sangat berat.

Jodoh di tangan Sang pemilik hati ini, aku begitu mempercayai itu. Bahkan seperti syair lagu diatas, “Jika memang takdir, cinta pasti bertemu..meski kau dan aku ada di ujung dunia..”. Aku begitu percaya itu. Tapi, nyatanya hatiku masih tetap saja sakit. Apakah anda akan berkata “sesungguhnya kamu belumlah ikhlas, putri…”??atau “kamu masih belum percaya sepenuhnya akan kalimat itu…”???. Tidak!! Anda salah..!! aku amat sangat mempercayaiNya, amat sangat mencintaiNya, pun ketika scenario cinta ini hadir aku begitu memikirkanNya. Dan aku berani berkata, inilah ikhlas yang sesungguhnya, menguatkan hati dan kepasrahan hanya kepadaNya, meskipun jiwa masih berguncang menahan rasa sakit atas sebuah rasa yang terpenjara.

4 comments:

  1. kadang rn pun brpikir bhwa ini g adil..

    patah hati meski keduanya sama2 saling suka
    huffiuh!!
    identitas kita sbg akhwat mungkin sedang diuji, put..

    skrg rn hnya ingin brpikir sejenak dr perasaan cinta ini, mungkin cinta qt trlalu mlebihi dbandingkn cinta qt pd-Nya, makanya Allah ngasih ujian ky gini.

    hnya bs brharap mengejar-Nya sedekat mungkin, dan biarkan Allah yg mendekatkan sseorang pndamping hidup itu untuk qt...

    ReplyDelete
  2. Pasrah, na..
    lebih melogikakan realita..
    tawakal..
    biar ini semua jadi proses pendewasaan..

    ReplyDelete
  3. la tahzan... innallaha ma'ana
    لا تحزن.... إن الله معنا
    ^_^

    ReplyDelete
  4. ^_^

    abanggkuuuu...
    syukron jazilannnn..

    ReplyDelete