26 April 2010

Cinta itu menyembuhkan...

“Cinta itu menyembuhkan, meniupkan kekutan..”

Lebih kongkret saya berpikir tentang arti cinta yang seperti ini. Bagaimana mungkin sebuah cinta mampu menjadi penyembuh jika seorang yang sedang jatuh cinta malah dapat menjadi gila akan obsesinya terhadap cintanya. Bagaimana mungkin sebuah cinta mampu menjadi sumber kekuatan jika yang sedang jatuh cinta tehanyut akan buaian cintanya.

Banyak orang yang tiba-tiba menjadi gila karena cinta. Hmm, saya rasa mungkin bukan cinta yang harus dipersalahkan dengan pribahasa “cinta itu buta”. Alangkah anehnya jika cinta harus di kambing hitam kan dalam hal ini. Tapi tak bisa dpungkiri sebuah anomaly akan efek dahsyatnya cinta juga mampu kita temukan sebagai sebuah factor yang mampu merusak tataran emosi yang sudah dibangun bertahun-tahun. Seorang yang sudah cukup dewasa baik secara emosi maupun umur, tiba-tiba bisa saja menjadi seorang anak kecil yang begitu manja ketika hatinya sudah di sentuh cinta. Tapi tetap saja tak pantas rasanya jika kita harus menyalahkan “cinta”.

Semua pasti tahu yang namanya fitrah “cinta”. Cinta hadir sebagai sebuah anugrah, sebagai sebuah keniscayaan yang memiliki potensi yang begitu luar biasa. Karena beberapa kasus membuktikan, cinta mampu membuat sebuah perubahan luar biasa pada dunia. Tapi sekali lagi tetap saja ada kejanggalan yang akan kita temukan dalam beberapa kisah cinta.

Kegilaan, obsesi, kejatuhan, keputusasaan, keterhanyutan, dan sebagainya. Banyak yang telah tersentuh cinta tak lagi memikirkan dunia sebagai sebuah realita, karena dunia serasa milik berdua.

Islam telah mengajarkan bagaimana mencintai secara haqiqi. Bagaimana mencintai tanpa takut akan rayuan duniawi, tanpa perlu mewaspadai akan rasa sakitnya patah hati, karena cinta dalam islam adalah cinta yang sumbernya langsung kepada Ilahi. Dan dengan itulah “cinta” ini disebut sebagai cinta yang haqiqi. Sementara ada cinta lain yang menjadi sebuah asasi, sebuah fitrah yang diberikan oleh Sang Penguasa Arsy di langit dan di bumi. Cinta yang masaasi. Cinta yang terbangun oleh bentukan masas, fisik, zhahir, kecenderungan akan mahluk yang indah.

Dan sekali lagi saya berkata, bukan cintalah yang harus dipersalahkan jika pada kenyataannya terjadi sebuah anomaly akan efek dahsyatnya cinta. ^_^

Cukup simple sebenarnya. Ketika seseorang jatuh cinta, atau mencintai, atau mungkin memiliki sebuah kecenderungan untuk memiliki, dan sebagainya. Maka cara seperti apakah yang mereka pilih sebagai sebuah media ekspresi? Maka itulah jawabnya. Cinta yang telah hadir, kadang kala justru melemahkan dan menyakitkan. Namun, tak sedikit pula yang mampu menyongsong kesembuhan dan esuksesan juga karena cinta luar biasa yang tertanan di dada.

“Cinta, ketika ia mengalir pada saluran yang haram maka itulah sekuat-kuatnya racun yang ada di bumi. Cinta, ketika ia mengalir pada saluran yang halal, sesungguhnya itulah obat penyembuh terbaik se jagad raya..” (AEP, 26-04-10)

2 comments: